Minggu, 14 Oktober 2012

1 PULAU SALURA

PULAU SALURA

PETA SALURA (by google map)

Prasasti Wilayah Perbatasan

Pulau Salura, Menggudu dan Kotak

Sunset di pantai Salura

Pulau Salura adalah salah satu pulau terluar Indonesia. Berada di wilayah propinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di kecamatan Karera, kabupaten Sumba Timur. Pulau Salura termasuk dalam satu pemerintahan desa, yaitu desa Praisalura. Desa itu mencakup juga dua pulau di dekatnya, yaitu pulau Menggudu dan pulau Kotak. Dengan demikian desa ini berbatasan langsung dengan Samudra Hindia dan wilayah laut Australia di sisi sebelah selatan. Dari ketiga pulau yg masuk wilayah desa Praisalura, hanya pulau Salura saja yg dihuni. Terdapat 26 kepala keluarga (KK) atau sekitar 658 jiwa yang tinggal di pulau tersebut. Meski tercatat bahwa kabupaten Sumba Timur mayoritas agama warganya adalah Protestan namun penduduk pulau Salura seluruhnya memeluk agama Islam. Mata pencaharian warga adalah nelayan. Hasil laut yang paling besar adalah cumi-cumi. Hal itu juga yang menarik warga dari Lombok untuk tinggal dan mencari ikan di Salura. Muncul simbiosis mutualisme antara warga Salura dan nelayan Lombok. Selama ini warga Salura kesulitan menjual hasil lautnya. Namun dengan hadirnya nelayan Lombok, yang sebagian diantaranya juga tengkulak, maka warga Salura dapat mudah menjual hasil tangkapannya. Warga Salura pernah melewati masa jaya ketika rumput laut berhasil berkembang biak dengan baik di Salura. Namun beberapa tahun yang lalu serangan hama rumput laut sangat kuat dan seringkali dimakan penyu maka usaha pertanian rumput laut itupun berhenti.

Perjalanan menuju pulau Salura membutuhkan waktu sekitar 6 jam dari kota Waingapu, ibukota Sumba Timur. Waktu tempuh itu terdiri dari 5 jam perjalanan darat dan 1 jam perjalanan menyeberang laut. Ada dua pilihan untuk perjalanan darat, sewa mobil sendiri atau naik angkutan umum berupa truk yang memuat barang dan manusia. Sewa mobil untuk mengantar sampai Katundu, desa terakhir sebelum menyeberang, butuh biaya sekitar 1 juta rupiah untuk sekali perjalanan. Pilihan lainnya hanya membutuhkan biaya 50 ribu rupiah untuk satu kali perjalanan. Tetapi kita harus siap duduk berdesakan dan berkumpul bersama muatan barang. Karena kendaraannya lebih besar dengan muatan yang lebih berat maka waktu tempuh juga menjadi semakin lama, sekitar 8 jam.

Perjalanan daratnya melewati perbukitan yang jalannya berkelok-kelok dan terjal. Aspalnya banyak yang sudah mengelupas di sana-sini. Pengemudi harus ekstra hati-hati melewatinya. Jika menggunakan mobil sewa akan lebih nyaman karena, selain tidak perlu berhimpitan, kita juga bisa sewaktu-waktu berhenti. Hal ini menjadi istimewa karena view sepanjang perjalanan sangatlah indah. Hamparan perbukitan serta hijau segar dapat menjadi obat penyegar mata yang jenuh dengan pohon-pohon beton di perkotaan. Pemandangan itu menarik pula untuk diabadikan dalam sebuah foto landscape atau juga menjadi background foto portrait yang cantik. Selain perrbukitan perjalanan juga akan melewati permukiman warga dengan bentuk arsitektur yang khas. Berhenti sejenak dan bercengkerama serta berfoto dengan warga akan menjadi kenang-kenangan berharga. Satu lagi yang  sangat menarik adalah kubur batu gaya megalitikum. Yaitu makam yang dibuat dari batu besar serta diberi atap batu besar pula dan disangga oleh pilar yang juga terbuat dari batu. Kubur batu ini jarang ditemui di daerah lain di Indonesia. Bentuk ada yg polos tanpa ukiran namun ada pula yang dihiasi patung dan ukiran. Kubur batu ini jarang ditemui di daerah lain di Indonesia.

Sampai di Katundu kita harus turun dari mobil dan berganti kapal. Biaya menyeberang dari Katundu ke Salura ada dua pilihan. Jika kita datang pada hari Selasa kita bisa lebih murah. Sebab Selasa adalah hari pasar bagi warga Salura sehingga banyak warga Salura berbelanja kebutuhan pokok di Katundu. Kita cukup membayar 10 ribu rupiah saja untuk menyeberang. Namun apabila kita menyeberang di hari lainnya maka harus sewa kapal sendiri. Biaya sewa kapal kayu ukuran lebar 3 meter, ukuran kapal terbesar disitu, sekitar 250 ribu rupiah untuk satu kali perjalanan pulang-pergi. Kapal berangkat dari pulau Salura, jadi harus membuat janji terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan. Waktu paling tepat untuk menyeberang ke Salura adalah antara jam 07.00 wita sampai dengan jam 09.00 wita, sebab kondisi laut cukup tenang di jam-jam itu. Catatan penting, penyeberangan tidak bisa dilakukan pada bulan-bulan gelombang laut tinggi, yaitu Oktober - Desember.

Masalah gelombang laut menjadi masalah juga bagi pelayanan kesehatan warga Salura. Tidak ada puskesmas pembantu ataupun perawat kesehatan yang bertugas di Salura. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, warga Salura harus datang ke puskesmas yang berada di ibukota kecamatan Karera,  yaitu desa Nggongi. Warga harus menyeberang laut dan ditambah perjalanan darat sekitar 30 menit. Pada bulan-bulan gelombang tinggi warga yang sakit tidak bisa dibawa ke puskesmas sehingga warga terpaksa berobat pada dukun setempat. Biaya menyeberang yang mahal juga menjadi salah satu pertimbangan warga untuk tidak berobat ke puskesmas.

Petugas kesehatan hanya melakukan kunjungan sekali dalam sebulan, itupun apabila ada petugas yang bersedia dan gelombang tenang. Petugas seringkali tidak datang meski kepala desa sudah menawarkan untuk menjemput dengan kapal miliknya. Begitu pula masalah penanganan ibu hamil. Warga Salura bergantung dari kemampuan dukun bayi yang mendapatkan ilmunya secara turun temurun dari orang tuanya. Pada kasus-kasus sulit seringkali bayi maupun ibunya tidak tertolong. Apabila masih ada kesempatan membawa ke puskesmas, ibu hamil dilarikan dengan menaiki sampan bermesin tempel saja untuk menyiasati biaya menyeberang yang mahal.

Akibat teriakan kuat warga Salura di beberapa media elektronik, pemerintah menjadi gerah. Pemerintah menjanjikan akan mendirikan puskesmas pembantu dan menugaskan perawat di pulau Salura. Semoga benar....

Sebagai lokasi yang ditetapkan sebagai wilayah perbatasan, pulau Salura juga dijaga oleh polisi perbatasan. Namun demikian keberadaan personil polisi ini tidak didukung alat-alat yang memadai. Hanya ada senapan tua dan usang untuk menghalau pelintas batas. Tidak ada perahu atau speed-boat untuk mengejar penyusup. Apabila ada kapal yang melintas perbatasan, polisi terpaksa mendatanginya dengan sampan milik nelayan. Hihihihiii..... ditabrak aja hancur....

Alam Salura sangat cantik. Suasana desa yang tenang, warga yang ramah, pasir putih dan air laut yang jernih menawarkan hiburan segar bagi jiwa-jiwa yang bosan dengan hiruk pikuk kota. Berenang di laut bersama anak-anak Salura atau hunting foto bisa jadi kegiatan menarik di Salura.

Selamat menikmati pulau Salura.....
Salam....



Lembah Hijau dan Perbukitan

Kubur Batu

Menyeberang dengan kapal kayu

Masjid Tua

Bermain Pasir

Huaaaa...

Kunjungan Tim Kesehatan Pusekesmas Nggongi

Menjahit Jala

Jala Cumi-cumi

Siswa SD Inpres Salura

Berbagi Minuman

Bermain

Bersiap Melaut

Pantai dan Perahu

Sunrise

Sunset
 
 
sumber :http://verry911.blogspot.com/2011/08/pulau-salura.html

1 komentar:

  1. terimakasih untuk postingannya yang sangat bermanfaat. saya mau nanya, kira2 di tahun 2018 ini kualitas pelayanan kesehatannya sudah ditingkatkan -dalam hal ini oleh pemerintah- ataukah masih sama saja?

    BalasHapus

 

Sumba timur bercerita Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates